Tak terasa waktu berlari seakan mengejar
Jarak seakan menipis
Waktu seakan menghimpit
Pertemuan seakan mencekik
Perpisahan seakan mematikan
Udara seakan habis hingga aku tak mampu bernafas
Lalu,
Dia semangatku, dulu hingga sekarang,
Dia sang motivator,
Dia bukanlah seseorang yang bisa kau bilang tampan, tapi aku tak setuju dengan kalian,
Dia adalah seseorang yang bisa kubilang nyaris sempurna, sekarang kubolehkan kalian tak setuju dengan pendapatku,
Dia, dialah orangnya, dialah yang kucintai,
Dia, Dia kekasihku, bisakah kubilang seperti itu?
Dia kembali, Dia cintaku
Jangan pergi, jangan lagi
A Bad Writer
"Saya menulis untuk berdamai dengan masa lalu."
Tuesday, January 5, 2016
Friday, December 25, 2015
"KENAPA?!"
KENAPA harus saling melepaskan jika masih saling menyayangi?
KENAPA harus membesarkan ego padahal bisa untuk mengalah?
KENAPA harus saling mengekang kalau percaya?
KENAPA harus mengabaikan jika saling merindu?
KENAPA harus kalah dengan keadaan padahal kita lebih kuat daripada keadaan itu sendiri?
"KENAPA HARUS?! KENAPA?!"
KENAPA harus membesarkan ego padahal bisa untuk mengalah?
KENAPA harus saling mengekang kalau percaya?
KENAPA harus mengabaikan jika saling merindu?
KENAPA harus kalah dengan keadaan padahal kita lebih kuat daripada keadaan itu sendiri?
"KENAPA HARUS?! KENAPA?!"
Thursday, December 24, 2015
Curhatan (Hampir) Tengah Malam
"Rindu"
Muak sekali aku menulisnya, mendengarnya di bait lagu pun akan ku matikan lagu itu dengan gesit!
Kali ini aku tidak sedang menulis sambil beruraian air mata, TIDAK!
Air mataku terlalu beku untuk menangisi hal yang sama, "RINDU". Ah! Aku menulisnya lagi! Sial!
Oke, kali ini aku mulai merasa ada bulir-bulir air mata memenuhi kantung mataku
Tidak, aku tidak akan menangis. Akan kuseka air mata ini, sendiri.
Tenang kawan, aku bukanlah wanita lemah yang pasti akan kau benci, Iya, bukan?
Aku merindukan kalian, kawan SMA-ku. Sial, akhirnya aku menuliskan kata 'Rindu' juga.
Aku membutuhkan kalian. Untuk malam ini saja, agar aku kuat untuk menguatkan Ibu-ku, harta terindahku.
Ingin aku kabur dari rumah sialan ini dan pergi dengan langkah mantap menuju rumah kalian
Tapi mungkin yang akan kutemui adalah orang yang sama rindunya dengan kalian.
Yap! Keluarga kalian.
Keluarga kalian yang sama rindunya dengan aku, pasti aku akan menangisimu bersama mereka karena rindu itu. Dan aku melupakan masalahku. Tapi, aku menemukan masalah baruku. Merindukan kalian.
Dulu, aku merasa aman jika kalian tidak ada untukku, karena aku punya sosok yang menenangkan
Tapi kawan, sekarang semuanya telah berbeda, aku kehilangan sosok yang menenangkan itu
Tak ada lagi yang bisa menenangkanku dalam keadaan seperti ini, aku benar-benar sendirian
Bahkan aku tak berani menatap mata adikku, atau bertemunya sekalipun, dengan keadaanku yang seperti ini, aku merasa lemah sebagai seorang kakak.
Tidak terasa waktu begitu singkat, menghantarkan kita pada semua yang terlewat
Indah. Menenangkan. Ingin aku kembali merasakannya.
Ah, maaf kawan, air mataku tumpah juga, hehe
Silahkan jika kalian ingin mencaci makiku dengan kata-kata lemah, atau sebagainya, karena aku pantas mendapatkannya.
Huh.. Kenapa rindu ini tak juga terbayarkan ketika aku menulis?
Akan ku sudahi sajalah tulisan ini
Aku takut air mataku akan membanjiri kawasan Citra Raya dan sekitarnya
Aku merindukan kalian kawan SMA-ku, dan kamu, sosok penenangku..
Selamat malam,
have a nice dream
Muak sekali aku menulisnya, mendengarnya di bait lagu pun akan ku matikan lagu itu dengan gesit!
Kali ini aku tidak sedang menulis sambil beruraian air mata, TIDAK!
Air mataku terlalu beku untuk menangisi hal yang sama, "RINDU". Ah! Aku menulisnya lagi! Sial!
Oke, kali ini aku mulai merasa ada bulir-bulir air mata memenuhi kantung mataku
Tidak, aku tidak akan menangis. Akan kuseka air mata ini, sendiri.
Tenang kawan, aku bukanlah wanita lemah yang pasti akan kau benci, Iya, bukan?
Aku merindukan kalian, kawan SMA-ku. Sial, akhirnya aku menuliskan kata 'Rindu' juga.
Aku membutuhkan kalian. Untuk malam ini saja, agar aku kuat untuk menguatkan Ibu-ku, harta terindahku.
Ingin aku kabur dari rumah sialan ini dan pergi dengan langkah mantap menuju rumah kalian
Tapi mungkin yang akan kutemui adalah orang yang sama rindunya dengan kalian.
Yap! Keluarga kalian.
Keluarga kalian yang sama rindunya dengan aku, pasti aku akan menangisimu bersama mereka karena rindu itu. Dan aku melupakan masalahku. Tapi, aku menemukan masalah baruku. Merindukan kalian.
Dulu, aku merasa aman jika kalian tidak ada untukku, karena aku punya sosok yang menenangkan
Tapi kawan, sekarang semuanya telah berbeda, aku kehilangan sosok yang menenangkan itu
Tak ada lagi yang bisa menenangkanku dalam keadaan seperti ini, aku benar-benar sendirian
Bahkan aku tak berani menatap mata adikku, atau bertemunya sekalipun, dengan keadaanku yang seperti ini, aku merasa lemah sebagai seorang kakak.
Tidak terasa waktu begitu singkat, menghantarkan kita pada semua yang terlewat
Indah. Menenangkan. Ingin aku kembali merasakannya.
Ah, maaf kawan, air mataku tumpah juga, hehe
Silahkan jika kalian ingin mencaci makiku dengan kata-kata lemah, atau sebagainya, karena aku pantas mendapatkannya.
Huh.. Kenapa rindu ini tak juga terbayarkan ketika aku menulis?
Akan ku sudahi sajalah tulisan ini
Aku takut air mataku akan membanjiri kawasan Citra Raya dan sekitarnya
Aku merindukan kalian kawan SMA-ku, dan kamu, sosok penenangku..
Selamat malam,
have a nice dream
Sunday, December 6, 2015
Jarak (Lagi)
Halo, ini aku, ingatkah?
Akhir-akhir ini aku mulai merasakan kembali rasa sakit itu
Rasa kecewa karena diabaikan, untuk kesekian kalinya
Taukah kamu, bahwa aku mati-matian membangun tempat tinggal ku sendiri di hatimu?
Kata sebagian orang tangis adalah obat untuk meluapkan semuanya
Hei! Aku sudah menangis semalaman sampai pagi dan tak kunjung meluap rasa sakit ini!
Pembohong kalian!
Perih
Merasakan jarak itu kembali bukanlah hal yang mudah kuterima saat ini
Merasakan tebing tinggi tak kasat mata itu menjulang diantara kita adalah suatu hal yang tidak ingin ku ketahui
Tolonglah jangan berbuat bodoh untuk menyia-nyiakan aku
Aku pernah jatuh hati, tapi mengapa yang kali ini benar benar membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya?
Aku pernah sakit hati, tapi mengapa yang kali ini benar-benar membuatku sakit sesakit-sakitnya?
Seperti baru pertama kali merasakan jatuh hati dan sakit hati
Apa doaku dikabulkan? "Ya Allah, tolong jatuhkan aku sejatuh-jatuhnya jika orang itu tepat untukku.."
Tapi, dalam bait doaku, tak pernah sesekali aku meminta untuk disakiti sesakit-sakitnya
Mengapa itu terjadi?!
Menyuruhku menjauh atau pergi adalah perbuatan paling sia-sia yang telah kau lakukan
Karena aku takkan melakukannya, sekalipun aku tak menghubungimu lagi bukan berarti aku menjauhimu
Aku hanya sedang menuruti kemauan orang yang kucintai
Untuk kamu, tolong jangan mempersulit hubungan kita
Jika masih ada celah untuk saling memperbaiki, mengapa tak kau lewati celah itu?
Mungkin hanya aku yang TERLALU PERCAYA kalau hubungan kita akan baik-baik saja
Menyadari realita bahwa jarak kita memang ada karena beda kota, pasti kita tidak akan bisa mengelakkannya
Mengapa kita tidak coba untuk memperbaiki jarak antara hati kita?
Apa kamu tidak terlalu percaya denganku? Dengan kita?
Jangan berlari, jalani! Lewati!
Karena hal yang paling percuma ialah, berlari dari kenangannya sendiri
Karena kenangan akan selalu ada di hatimu, atau pikiranmu
Bayangkan jika kamu berlari, kamu akan membawa semuanya bersamamu, termasuk kenangan itu sendiri
Akhir-akhir ini aku mulai merasakan kembali rasa sakit itu
Rasa kecewa karena diabaikan, untuk kesekian kalinya
Taukah kamu, bahwa aku mati-matian membangun tempat tinggal ku sendiri di hatimu?
Kata sebagian orang tangis adalah obat untuk meluapkan semuanya
Hei! Aku sudah menangis semalaman sampai pagi dan tak kunjung meluap rasa sakit ini!
Pembohong kalian!
Perih
Merasakan jarak itu kembali bukanlah hal yang mudah kuterima saat ini
Merasakan tebing tinggi tak kasat mata itu menjulang diantara kita adalah suatu hal yang tidak ingin ku ketahui
Tolonglah jangan berbuat bodoh untuk menyia-nyiakan aku
Aku pernah jatuh hati, tapi mengapa yang kali ini benar benar membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya?
Aku pernah sakit hati, tapi mengapa yang kali ini benar-benar membuatku sakit sesakit-sakitnya?
Seperti baru pertama kali merasakan jatuh hati dan sakit hati
Apa doaku dikabulkan? "Ya Allah, tolong jatuhkan aku sejatuh-jatuhnya jika orang itu tepat untukku.."
Tapi, dalam bait doaku, tak pernah sesekali aku meminta untuk disakiti sesakit-sakitnya
Mengapa itu terjadi?!
Menyuruhku menjauh atau pergi adalah perbuatan paling sia-sia yang telah kau lakukan
Karena aku takkan melakukannya, sekalipun aku tak menghubungimu lagi bukan berarti aku menjauhimu
Aku hanya sedang menuruti kemauan orang yang kucintai
Untuk kamu, tolong jangan mempersulit hubungan kita
Jika masih ada celah untuk saling memperbaiki, mengapa tak kau lewati celah itu?
Mungkin hanya aku yang TERLALU PERCAYA kalau hubungan kita akan baik-baik saja
Menyadari realita bahwa jarak kita memang ada karena beda kota, pasti kita tidak akan bisa mengelakkannya
Mengapa kita tidak coba untuk memperbaiki jarak antara hati kita?
Apa kamu tidak terlalu percaya denganku? Dengan kita?
Jangan berlari, jalani! Lewati!
Karena hal yang paling percuma ialah, berlari dari kenangannya sendiri
Karena kenangan akan selalu ada di hatimu, atau pikiranmu
Bayangkan jika kamu berlari, kamu akan membawa semuanya bersamamu, termasuk kenangan itu sendiri
Saturday, September 19, 2015
Rindu Tak Bertuan
Aku Membutuhkanmu. Terlalu.
Aku tak akan menulis panjang.
Demi Allah yang selama ini menjagamu untukku dan menghalangiku untuk jatuh cinta pada pria lain…
Aku akan selamanya berterima kasih padamu. Entah untuk apa. Mungkin, untuk segala cinta dan kasih yang belum bermuara.
Demikian aku menyebut rindu tak bertuan.
Aku menunggumu pulang.
PS: tulisan tak bertuan ini membutuhkan jawaban. masihkah berlaku kerinduan ini sekarang?
Karya : Khoirunnisa
Subscribe to:
Posts (Atom)