Ku tatap lagi kedua bola mata yang indah namun cahayanya redup. Senyuman merekah namun tak ada arti. Ingin ku peluk dan ku bawa mati. Dia terlalu cepat sakit hati. Aku bodoh karena telah melakukannya. Namun, apa yang harus ku perbuat saat langkahku gontai tak tentu arah? Aku mulai terhuyung memandang semua peristiwa. Akhirnya pun aku terjatuh. Dan aku terjatuh tanpa dirimu, sayang. Aku sendirian. Sepi. Sunyi. Benar ternyata mutlak adanya rasa kesepian itu yang telah ku kubur jauh dari otak dan hati. Mengapa terus bertubi-tubi? Hantaman keras itu benar-benar menyakitkan. Ataukah ini hanya perasaanku saja?
Lalu bola mata yang indah namun sendu itu menghampiriku. Tak bisa ku berlalu, aku ingin pulang bersamanya. Ingin ku bangun sebuah rumah di atas bukit lalu tinggal bersamanya. Tapi mengapa tak tergapai tangan gagahnya itu? Ah. Tangan kekar yang selalu menggenggam tanganku erat, aku mulai merindukannya.
Lalu aku mencoba bangkit dari keterpurukanku. Mencoba membangun rumah itu tanpa dirimu, di tempat berbeda. Namun aku kelelahan, sayang. Aku tidak ingin menunggu kematianku dengan rasa sunyi ini. Bersamamulah yang ku mau.
Lalu kau berlalu begitu saja dengan wajah lelah dan tatapan mata yang kosong. Sia-sia. Aku tak lagi mempunyai tempat di hatimu, wahai sayangku? Berilah aku satu kesempatan untuk membangun rumah di atas bukit bersamamu. Tolonglah keluarkan aku dari kesunyian ini.
Lalu ku tatap tembok putih tempat ku terduduk. Kusam, penuh debu dan coretan gambar anak-anak. Tiba-tiba saja malaikat nyawa itu bersender di hadapanku. Ah, dia menyebalkan. Aku tidak ingin berjumpa kematian saat aku merasa sunyi. Tatapannya seakan merayu, menggodaku agar aku memberikan seonggok nyawa yang penuh kesepian.
Lalu aku pergi, berlari sekencang-kencangnya. Teriak. Menjerit. Sampai aku sadar bahwa aku benar-benar sendiri. Tak ada yang mendengarkanku. Aku sekarang paham bahwa mereka menjauhiku. Aku merindukannya. Aku juga sekarang paham bahwa aku tlah menjadi gadis menyebalkan yang hadir di kehidupan mereka. Dan aku terus merindukannya. Sayang, maafkanlah gadis menyebalkanmu ini..
No comments:
Post a Comment