- SMP -
Aku melihatmu bersama seseorang yang ku kenal. Adjie. Dia memang sahabat yang setia menemanimu kemanapun kamu pergi. Sekarang kita sudah memasuki semester ganjil kelas 9. Kita sebentar lagi akan berjuang menghadapi Ujian Nasional, siapkah kamu? Apa yang sudah kamu persiapkan untuk UN mendatang? Apa kau masih menyukai pelajaran matematika? Ah, tentu saja jawabannya 'iya', aku tahu kau takkan berpaling menyukai pelajaran lain selain matematika bukan? Itu yang kau katakan waktu kita masih dibangku SD.
Aku dan Azka Aldric adalah teman sejak SD. Hubungan kami memang cukup dekat, layaknya seorang kakak dan adik. Tapi, aku merasakan hal yang aneh. Baru aku rasakan hal aneh itu waktu aku menginjak bangku SD kelas 4. Bisa kusebut hal aneh itu adalah 'suka kepada seseorang' diwaktu yang masih belia. 'Mungkin cinta monyet' pikirku, namun aku salah. Ternyata aku masih merasakan hal aneh itu sampai aku sekarang menginjak kelas 3 SMP. Wow. Sudah berapa tahun aku mengidap vonis menyukaimu diam-diam, dan selama ini?
"Ka, masuk kelas 9 apa?" tanyaku yang sedang kebingungan. "Kelas 9J, lu dimana, Hel?" jawabnya sembari melihat lembaran kertas di tangannya. "Itu apaan, Ka yang di tangan?" tanyaku. "Ohh, ini kertas nama anak-anak yang masuk kelas 9J" jawabnya. Aku melirik kertasnya sekilas "Eh, boleh liat?" dia memberiku secarik kertas itu, lalu berkata "Kalau udah liat tolong tempel ya, gua mau nyari temen buat duduk dan tempat strategis dulu" jawabnya, lalu meninggalkanku bersama secarik kertas itu. Aku melihat abjad dari A-Z apa aku akan sekelas dengannya? Dan...benar! Aku ternyata sekelas dengan Azka. Aku merasa sangat senanggg...sekali karena bisa merasakan sekelas lagi dengannya. Lalu aku tempelkan kertas itu di jendela depan kelas, aku bergegas masuk kelas dan mencari tempat duduk yang strategis. Disana aku melihat sahabatku, "Erika!" tegurku. Dia menoleh dan tersenyum lebar. "Masuk 9J juga?" tanyanya sambil menarik tanganku. Sekarang aku sudah dapat tempat duduk yang sangat strategis. Dekat Azka. Walaupun agak belakang tempat duduk ini, tapi aku pastikan ini tempat duduk terstrategis.
Hari ini hari terakhirku Try-Out di sekolah. Aku tidak sekelas dengan Erika maupun...Azka. Karena kelas Try-Out memang tidak sama dengan kelas waktu KBM berlangsung. Aku mencari Erika, dan disana aku menemuka Azka. Cowok cuek, tapi...mengesankan. Dia hanya mau berbicara kepada wanita yang memang dekat dengannya cukup lama. Aku mengenalnya, bukan karena saja aku temannya SD, melainkan karena aku sering mengamati tingkah lakunya. Aku sangat merasa jadi one lucky woman dibandingkan teman-teman wanitanya yang lain. Bahkan kepada wanita selain aku dan teman wanita yang sudah dikenalnya lama Ia hanya menjawab 'iya' atau 'tidak' atau bahkan hanya menggelengkan dan mengaggukkan kepalanya saja saking cueknya. Aku suka sikapnya yang dingin terhadap wanita. Menurutku memang dia orang yang sederhana, dan tidak ada tampang ingin tebar pesona, apalagi mengobral harapan kepada setiap wanita. Tidak! Dia bukan orang seperti itu, dia akan mencintai satu wanita yang benar-benar Ia pilih. Aku baca dari sebuah artikel, "Jika ada seorang lelaki yang bersikap cuek dan dingin terhadap wanita, seharusnya kita kejar. Bukan justru membencinya. Karena, jika seseorang lelaki cuek dan dingin terhadap wanita itu biasanya jika Ia sudah memilih dan sayang kepada wanita. She will be the only one.
Azka dengan begitu cueknya menjawab pertanyaan gadis itu, aku tertawa geli melihatnya. "Ka, gimana tadi Try-Outnya? Bisa?" tanyaku dengan menenteng tas kecil berisi bekalku tadi pagi. "Alhamdulilah strategis duduknya, hahaha. Lu gimana, Hel?" tanyanya. "Agak bisa sih, cuma ada yang nggak bisa juga" jawabku lesu. Kita tertawa bersama, berbincang bersama...melukis kenangan bersama. Atau, hanya akukah yang akan menyimpan kenangan ini? Sendirian?
Hari Jum'at. Seharusnya aku akan update tweet di Twitterku "TGIF. Thanks God It's Friday." Tapi... sepertinya hari Jum'at yang malang ini, adalah hari terakhirku mengerjakan soal UTS, soal matematika. Aku seperti mati rasa, sudah tidak peduli orang sekitar. Badmood. Kata yang tepat untuk perasaanku. Tapi aku juga bersyukur kepada Allah, karena hari ini hari terakhir UTS. Aku mencari keberadaan sahabatku, Erika. Namun, tampaknya dia masih dengan tenang mengerjakan soal matematika itu sendirian. Disana aku melihat Azka yang acuh sekali terhadap panggilan-panggilan yang memanggilnya. Pastinya untuk meminta jawaban matematika. Anak-anak tahu, Azka pintar di matematika.
Erika sudah keluar kelas, disusul Azka. Aku melirik Azka sebentar, lalu...dia memalingkan wajahnya. Dia membuang tatapanku, dia mengabaikan kehadiranku. Sungguh, menyakitkan sekali. Aku tidak tahu salahku apa, mungkin dia juga merasakan badmood selesai mengerjakan soal matematika. Aku hanya membuang senyumku, lalu memberikannya kepada orang yang tepat. Sahabatku, Erika.
Sekitar pukul 18.00 WIB aku membuka social media, dari Facebook sampai Twitter. Ketika melihat Facebook, ada sekitar 8 pesan masuk. Aku membukanya, dan aku tidak menyangka jika pesan masuk itu dari Padhil. Dia hanya mengirimkan pesan "Racheeel....," pesan yang kedua pun sama, isinya hanya memanggil namaku. Aku tidak mengerti apa maksudnya, sedangkan tadi dia mengacuhkanku begitu saja waktu aku mencoba tersenyum padanya. Aku jawab saja dengan singkat "Apa?" sekitar 15 menitan dia baru membalas inboxku. "Gue pengen ngomong" katanya, ternyata dia online. Bahagia. Senang. Perasaanku saat itu tidak bisa dirangkai dengan sebuah kata-kata, terlalu indah. Langsung aku menuliskan sesuatu di twitter maupun facebook. 'Thanks God, thanks a lot it's Friday :)'
Sudah dua bulan aku menjalani hubungan dengan Azka. Hubunganku memang sangat labil sekali. Karena aku tahu dan mencoba mengerti bahwa Azka baru pertama kali pacaran. Entah, apakah aku bisa disebut first love untuknya atau tidak. Yang jelas aku sudah merasa sangat bahagia ketika tahu akulah orang yang pertama dipilih cowok secuek Azka untuk jadi pendampingnya. Entah untuk berapa lama... Aku harap selamanya...
If you want to read next story : http://savatiara.blogspot.com/2013/10/last-present-part-ii.html
Azka dengan begitu cueknya menjawab pertanyaan gadis itu, aku tertawa geli melihatnya. "Ka, gimana tadi Try-Outnya? Bisa?" tanyaku dengan menenteng tas kecil berisi bekalku tadi pagi. "Alhamdulilah strategis duduknya, hahaha. Lu gimana, Hel?" tanyanya. "Agak bisa sih, cuma ada yang nggak bisa juga" jawabku lesu. Kita tertawa bersama, berbincang bersama...melukis kenangan bersama. Atau, hanya akukah yang akan menyimpan kenangan ini? Sendirian?
Hari Jum'at. Seharusnya aku akan update tweet di Twitterku "TGIF. Thanks God It's Friday." Tapi... sepertinya hari Jum'at yang malang ini, adalah hari terakhirku mengerjakan soal UTS, soal matematika. Aku seperti mati rasa, sudah tidak peduli orang sekitar. Badmood. Kata yang tepat untuk perasaanku. Tapi aku juga bersyukur kepada Allah, karena hari ini hari terakhir UTS. Aku mencari keberadaan sahabatku, Erika. Namun, tampaknya dia masih dengan tenang mengerjakan soal matematika itu sendirian. Disana aku melihat Azka yang acuh sekali terhadap panggilan-panggilan yang memanggilnya. Pastinya untuk meminta jawaban matematika. Anak-anak tahu, Azka pintar di matematika.
Erika sudah keluar kelas, disusul Azka. Aku melirik Azka sebentar, lalu...dia memalingkan wajahnya. Dia membuang tatapanku, dia mengabaikan kehadiranku. Sungguh, menyakitkan sekali. Aku tidak tahu salahku apa, mungkin dia juga merasakan badmood selesai mengerjakan soal matematika. Aku hanya membuang senyumku, lalu memberikannya kepada orang yang tepat. Sahabatku, Erika.
Sekitar pukul 18.00 WIB aku membuka social media, dari Facebook sampai Twitter. Ketika melihat Facebook, ada sekitar 8 pesan masuk. Aku membukanya, dan aku tidak menyangka jika pesan masuk itu dari Padhil. Dia hanya mengirimkan pesan "Racheeel....," pesan yang kedua pun sama, isinya hanya memanggil namaku. Aku tidak mengerti apa maksudnya, sedangkan tadi dia mengacuhkanku begitu saja waktu aku mencoba tersenyum padanya. Aku jawab saja dengan singkat "Apa?" sekitar 15 menitan dia baru membalas inboxku. "Gue pengen ngomong" katanya, ternyata dia online. Bahagia. Senang. Perasaanku saat itu tidak bisa dirangkai dengan sebuah kata-kata, terlalu indah. Langsung aku menuliskan sesuatu di twitter maupun facebook. 'Thanks God, thanks a lot it's Friday :)'
Sudah dua bulan aku menjalani hubungan dengan Azka. Hubunganku memang sangat labil sekali. Karena aku tahu dan mencoba mengerti bahwa Azka baru pertama kali pacaran. Entah, apakah aku bisa disebut first love untuknya atau tidak. Yang jelas aku sudah merasa sangat bahagia ketika tahu akulah orang yang pertama dipilih cowok secuek Azka untuk jadi pendampingnya. Entah untuk berapa lama... Aku harap selamanya...
If you want to read next story : http://savatiara.blogspot.com/2013/10/last-present-part-ii.html
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete