Wednesday, November 27, 2013

Last Present - END

Lagi-lagi aku harus kemoterapi karena obat yang kuminum selama ini tidak bereaksi baik terhadap tubuhku. Penyakit yang kukira anemia ini, ternyata malah jauh lebih parah dari yang kukira. Aku bukan mengidap anemia, melainkan leukimia. Sudah 6 bulan aku menjalankan pengobatan untuk memberantas leukimia di tubuhku. Sekarang aku sedang menjalankan kemoterapi di salah satu rumah sakit di Jakarta. Sudah lama sekali aku tidak masuk sekolah, aku merindukan kegaduhan di kelas bersama teman-temanku. Efek dari kemoterapi ini membuatku merasa mual dan lemah sekali. Sehingga aku harus istirahat dirumah selama beberapa waktu.

"Assalamualaikum..." teriak orang di luar sana. Ternyata banyak sekali teman-temanku yang datang kerumah untuk menjengukku. Aku juga melihat ada wali kelasku juga ikut hadir dalam acara 'menjengukku'. Aku merasa sedih, tidak seharusnya mereka mengkhawatirkanku.
"Walaikumsalam, masuk semuanya. Kalian repot-repot banget sih mau ngejenguk aku"
"Kan, emang kewajiban kita, Hel. Menjenguk sesama muslim yang sakit, hehehe," jawab salah satu temanku. Aku merasa terharu, ternyata ketidakhadiranku di kelas membawa keheningan di kelas (katanya sih begitu)

Selesai makan malam, rutinitasku selanjutnya adalah menulis diary. Entah mengapa aku selalu menulis diaryku yang berhubungan tentang Azka. Sampai sekarang aku masih menyimpan perasaan itu untuknya, walau aku tahu Azka sudah dimiliki oleh orang lain. Mungkin pilihan Azka tepat, karena Azka meninggalkanku sebelum aku meninggalkannya kelak.
Ya Allah... Selesai aku sholat dan curhat tadi, rasanya aku ingin bercerita lebih banyak lagi kepada-Mu. Apa kabar Azka disana ya? Apa dia bahagia dengan wanita lain dibandingkan aku? Ah aku yakin dia pasti bahagia, kuharap seperti itu. Aku rindu kehadirannya, aku rindu leluconnya, aku rindu semua tentang dirinya. Aku tidak tahu bagaimana caranya menghilangkan rasa rindu itu, aku hanya bisa memeluk boneka teddy bear pemberiannya waktu usiaku 15 tahun. Aku ingat sekali kejadian waktu senja itu tiba. Aku rindu kehadiranmu, sangat rindu. Ya Allah, tolong lindungilah keluargaku dan juga Azka jika aku sudah tiada, semoga tidak ada air mata yang jatuh ketika Engkau memanggilku, Ya Allah...

**
"Huh, aku bosan di ruangan ini terus," seketika Erika menoleh kepadaku
"Makanya jangan sakit, cepet sembuh dong. Jadi gue nggak perlu yang namanya ke rumah sakit lagi."
"Jadi lu nggak ikhlas nih dateng kesini? Sana pulang, malah bolos lu. Gua bilang nyokap lu nih," ledekku
"Ehh, jangan dong. Ikhlas kok ikhlas..."
Sudah tiga hari aku di rumah sakit (lagi). Aku merasa bosan, harus sampai kapan aku mendiami tempat terkutuk ini?

"Haiiii, akhirnya lu sekolah juga, Hel" sapa temanku. Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah lagi, sudah hampir dua bulan aku tidak masuk sekolah karena penyakit terkutuk itu. Aku merasa sangat senang.... sekali karena bisa bertemu dengan teman dan sahabatku.
"Heh, PR udah belum? Nih kerjain dulu," kata Erika
"Hm, tumben lu udah, Ka," ledekku
Aku sangat merindukan keceriaan di kelas seperti ini, sudah lama aku mendambakannya.

Aku menuruni anak tangga perlahan-lahan, kepalaku terasa pusing dan berat sekali. Akhirnya aku terjatuh di depan kamar mandi dekat anak tangga, pandanganku menjadi gelap seketika...

**
Aku melihat sekeliling ruangan, putih bercahaya. Tampaknya tempat ini sudah tertempel di otakku, 'rumah sakit'. Aku masuk rumah sakit untuk kesekian kalinya. Aku sangat berharap aku bisa sembuh total.
"Hel, kok sakit lagi sih?" tanya Rani teman yang menjengukku. "Nggak tahu nih, Ran. Tapi gapapa kok santai aja. Entar juga sembuh, hehe," jawabku. Rani sepertinya tampak tidak tega melihatku terbaring di kasur rumah sakit, bukan kasur di rumahku.

Selang dua hari Erika datang menjengukku. "Eh sakit mulu lu, sembuh kek," katanya. "Ka, seandainya gue udah nggak ada gimana?" saat itu aku melihat raut wajah Erika agak berubah, aku tidak bisa mendeskripsikannya. "Gue bakal sedih banget, Hel" deg. Aku sampai tidak sadar bahwa air mataku turun deras, "Jangan sedih, Ka. Jangan..." makin deras air mataku turun, aku tidak sanggup lagi bertahan dengan keadaan seperti ini, tapi aku juga tidak bisa menyerah karena ada yang harus aku perjuangkan di hidupku. "Ka, titip ini ya kalau ketemu sama Azka." Aku menitipkan sebuah buku, buku yang selama ini menjadi tempat curhatku, disana aku juga ada foto-foto bersama Azka dan beberapa carik surat yang pernah Azka kirim untukku. "Iya, Hel. Pasti gua kasih kok..."

**
Pemakaman pada saat itu lumayan ramai dan pastinya banyak air mata yang berjatuhan. Rachel Astari meninggal dengan senyuman yang terukir di bibir tipisnya. Erika yang saat itu ingat bahwa harus ada amanah yang disampaikan kepada Azka. Erika melihat Azka disana, tampaknya Azka sangat sedih dengan kehilangannya Rachel. "Azka!" sapa Erika. "Eh, Ka. Ada apa? Turut berduka cita ya atas meninggalnya sahabat lu," Azka memaksakan senyum di bibirnya. "Hm, iya turut berduka cita ya atas meninggalnya orang yang selama ini menganggap lu sesuatu, eh maksudnya seseorang yang menurut dia lu adalah hidup yang harus diperjuangkan setelah kedua ortunya," jelas Erika. "Maksudnya apa ya?" Azka tampak tidak mengerti, Erika hanya menyodorkan tas yang ditentengnya "Nih, liat aja nanti lu juga ngerti" Erika berlalu meninggalkan Azka, disana Azka terlihat bingung, lalu dia membuka tas yang tadi diberi Erika. Raut muka Azka berubah setelah membaca surat dari Rachel...
Assalamualaikum, apa kabar Azka? Pasti lebih baik kan? Aku nunggu kabar dari kamu loh, tapi sepertinya itu enggak penting, yang penting kamu bahagia sama pilihan kamu sekarang. Siapa wanita itu? kenapa kamu nggak kenalin sama aku sih? haha. Oia, sepertinya waktu kamu membaca surat ini mungkin aku udah nggak ada lagi buat kamu, Ka. Hm, Ka... Aku nggak tahu hidup aku bakal sia-sia atau enggak kalau buat nunggu kamu, tapi aku nggak pernah menyesal sama keputusan aku, kamu juga , kan nggak nyesel sama pilihan hidup kamu? Semoga enggak ya. Hm, jaga diri kamu baik-baik ya Azka. Jangan pernah sia-siain seseorang yang sayang sama kamu dan yang lagi kamu sayang saat ini, karena kamu nggak akan pernah tahu kapan dia bakal benar-benar pergi... 
Azka, jaga diri kamu baik-baik ya.

From someone who really miss you, Rachel...

Air muka Azka berubah drastis, Azka meneteskan air matanya di depan nisa yang bertulis nama seseorang yang sangat ia sia-siakan selama ini. "Hel, kenapa harus seterlambat ini aku sadar bahwa aku juga masih sangat sayang sama kamu? Kembalilah, Hel..." Azka menangis sekencang-kencangnya di depan nisan Hel. Senja sudah mulai datang, Azka masih tetap di posisi yang sama...


**
Saat mataku terpejam, aku hanya bisa menggapai bayangmu saja. Walau sudah letih aku berusaha untuk berjuang demi orang yang sedang berjuang juga dengan orang lain, tapi aku tidak akan menyerah. Sampai pada saatnya Allah mengerti, bahwa hidup terlalu singkat jika hanya untuk menunggu... Menunggu seseorang yang sedang menunggu juga demi orang lain...
Perjuangan yang melelahkan adalah memperjuangkan seseorang yang tidak sama sekali ingin diperjuangkan, bahkan dia sedang berjuang demi orang lain...

No comments:

Post a Comment