Jakarta, 16 Agustus 2010
Pertemuan Mesty dengan Ara terakhir kali dilakukannya setelah kelulusan SMA. Saat itu Mesty sangat cemburu pada Ara, karena Rangga, lelaki yang telah merebut hati Mesty dan sahabat mereka, sangat dekat dengan sahabatnya itu. Sampai sekarang pun Mesty masih menyimpan benci terhadap Ara karena hal itu. Persahabatan yang mereka bina selama kurang dari 4 tahun, telah pupus begitu Mesty mengetahui bahwa cintanya telah ditolak mentah-mentah oleh Rangga. Mesty mengira Ara-lah yang telah merebut hati Rangga.
Kala itu Mesty sedang bercerita tentang Rangga terhadap Ara. Saat semuanya masih baik-baik saja...
"Gua bingung, Ra. Rangga itu kenapa bisa bilang gitu sama elu, sih?" ucap Mesty saat mengetahui bahwa Rangga telah curhat tentang isi hatinya terhadap Ara. "Gua nggak tahu kalo soal hati, Mes. Mungkin emang nggak selamanya perasaan kita bakal terbalaskan" ucap Ara. Susah payah Ara menguatkan hati Mesty yang sedang berduka itu, Mesty malah mengira Ara yang telah berkhianat padanya. Persahabatan mereka hancur pada saat itu juga. Ara menangis sesenggukkan di taman komplek. Mesty meninggalkannya begitu saja.
'Gua nggak nyangka Ara bisa sejahat itu. Gua kira dia mau bantu, ternyata malah Rangga yang demen ama dia. sok-sok-an curhat lagi tuh si Rangga. Gua benciiiiii' batin Mesty.
Jakarta, 20 November 2012
Rumah sakit. Tempat yang dibenci Mesty setelah sekolahnya waktu SMA. Semua kenangan kelam terjaga baik disana. Tiba-tiba terdengar suara ketukan, Mamah Mesty yang membukanya. Ara. Sahabatnya dulu, atau mantan sahabat? Entahlah. "Ngapain lu kesini?" tanya Mesty dengan tatapan sejudes mungkin. "Gua...pengen jenguk lu. Gimana kabar lu, Mes?" tanya Ara. Mesty hanya membuang tatapannya. "Mah, tolong usir dia" tiba-tiba saja ucapan itu terlontar. Ara terlonjak kaget mendengarnya. "Baik tante, mungkin saya pulang aja. Nggak enak, Mesty juga pasti butuh istirahat, kan? Saya pulang dulu ya, Tan. Assalamualaikum..."
Sejak saat itu Ara tak pernah terlihat lagi. Hati Mesty sakit ketika melihat Ara datang menjenguknya. Mesty berharap bahwa lebih baik dia mati daripada harus melihat kenangan kelamnya itu.
Gagal ginjal itu membuat Mesty hanya bisa terbaring di kasur rumah sakit. "Maaf bu, kita butuh ginjal baru untuk Mesty. Ginjalnya sudah tidak berfungsi lagi." begitulah ucapan sang dokter kepada mamahnya Mesty.
Jakarta, 28 Maret 2013
Mesty telah sembuh berkat donor ginjal yang telah dilakukannya. Entah siapa yang mendonorkannya ginjal, Mesty tak mau tahu, Mesty hanya 'harus' berterimakasih kepadanya. Entah juga orang itu masih hidup atau tidak.
Siang hari saat Mesty pulang dari rumah sakit yang letaknya lumayan jauh dari rumahnya, Mesty mendapatkan pesan bbm. Rangga Saputra.
'Mes...ada kabar duka. Ara temen kita meninggal, Mes :'( '
Isi pesan singkat di bbm itu membuat Mesty merasa kesal, mengapa Rangga masih saja menunjukkan bahwa Ara orang yang penting dalam hidupnya?
Sesampainya di rumah Ara, Mesty sama sekali tidak terlihat sedih. Mesty mencari-cari keberadaan Rangga.
"Mes, ada titipan dari Ara. Gua nggak tahu, kenapa lu nggak nangis waktu denger Ara meninggal. Ara sahabat kita, Mes. Kita yang dulu kumpul bareng di taman komplek. Lu nggak inget?"
"Berisik!"
Mesty langsung lari ke dalam mobil, dia menangis. Tak ada satupun orang yang melihat air matanya. Entah sedih karena kepergian Ara, atau perlakuan Rangga barusan. Mesty meremas surat yang digenggamnya. "Kenapa sih, Ra lu selalu terlihat penting di mata orang-orang? Termasuk di mata Rangga, gua iri sama lu, Ra. Semua orang yang gua sayang, sayang juga sama elu. Kenapa sama elu, Ra? Kenapa bukan gua?" air mata itu turun kian deras. Dibukanya surat yang sudah basah oleh air matanya dan terlihat remuk karena genggaman tangan Mesty. Mesty semakin terisak ketika membuka surat itu.
Hai princess... Apa kabar lu? Songong ya sekarang yang udah gede. Ditungguin di rumah nggak pernah main lagi. Gimana? Udah nemu cowok baru belum? Move on ya sayang, life must go on. Oia, gua mau minta maaf ya, Mes. Bukan maksud gua ngekhianatin elu, tapi emang gua nggak pernah suka sama Rangga, begitupun Rangga. Rangga cuma sering curhat sama gua soal ketua cheerleader kita loh, inget Kania, kan? Rangga suka banget sama Kania. Dia nggak mau curhat sama lu, karna nggak mau nyakitin hati lu. Dia care sama kita semua, Mes. Kita sahabatan. Kita nggak akan pernah jadi mantan sahabat, atau apalah itu. Saat lu baca surat ini, mungkin sebagian orang akan bertanya kenapa lu nggak nangis. Tapi gua yakin, lu pasti bisa kuat tanpa adanya gua dan Rangga lagi, itu terbukti sejak lu menjauh dari gua dan Rangga. Mungkin lu udah nggak butuh kita, tapi kita selalu mengharapkan kehadiran lu, Mes. Gua sayang elu, Mes. Gua kangen kebersamaan kita, suara ketawa lu yang super nyaring di taman komplek sampe diomelin satpam, gua kangen...
Your Love,
Tiara
Isak tangis Mesty semakin kencang. Mesty turun dari mobil, dia mendapati mamahnya menangis saat memeluk bundanya Ara. Mesty lari menerobos hujan, Ia memeluk mamahnya. "Tante, Ara kenapa bisa meninggal? Ara sakit? Sakit apa tante?" Tak ada jawaban. "Tante, tolong jawab...." Suara isak tangis bundanya Ara tambah kencang. "Ara, Nak... Dia yang telah mendonorkan ginjal untukmu. Dia yang kamu usir waktu ingin menjengukmu. Sebenarnya dia bukan ingin menjenguk, Nak. Dia tahu bahwa dia tidak akan diterima olehmu, dia hanya ingin membicarakan soal ginjalnya. Saat itu juga dia tidak keberatan jika ginjalnya didonorkan untukmu. Dia...sangat menyayangimu, Nak, bagaikan kakaknya" Mamahnya terisak. Mesty tidak bergerak dari tempatnya sesenti pun. Lututnya melemas, matanya sudah dibanjiri air mata. "Maafkan aku tante, aku menyesal karena telah berbuat sekeji itu terhadap Ara. Bagaimana bisa aku membuat Ara berada disini lagi? Bagaimana?! Maafkan aku Ara. Aku memang bukan sahabat yang baik untukmu. Aku bodoh. Aku tidak menginginkan Rangga, aku hanya ingin persahabatan kita utuh...." tangis Mesty meledak saat itu juga. Dia tersadar, bahwa Ara takkan kembali lagi menghiburnya, untuk selamanya...
Note : "Banyak orang yang berharap dapat memutar kembali waktu karena penyesalan, sampai hanya itu yang tertinggal di benak mereka" - Unforgottable
"Merindukanmu adalah satu-satunya kata yang dapat menggambarkan perasaan ini. Dan semuanya dimulai sejak aku kehilanganmu" - Bittersweet Love
No comments:
Post a Comment